Senin, 03 Agustus 2015

MENGATASI BABY BLUES SYNDROME DENGAN BANTUAN SUAMI TECINTA




MENGATASI BABY BLUES SYNDROME DENGAN BANTUAN SUAMI TECINTA
Oleh Yana Bunda Hana, Peduli Kesehatan Jiwa Ibu Perinatal Indonesia


Apa Itu Baby Blues Syndrome?


Apakah yang tergambar dalam benak Anda ketika pertama kali mendengar kata baby blues syndrome?,benarkah baby blues syndrome merupakan hal yang menyeramkan dan membahayakan bayi Anda?, apakah jika seorang ibu mengalami baby blues syndrome berarti ibu tersebut tidak mencintai bayinya?. Mari kita ketahui lebih lanjut mengenai baby blues syndrome.


Menjadi seorang ibu baru merupakan hal yang melelahkan dan sangat stressful. Baby blues merupakan hal yang normal terjadi, berdasarkan referensi diperkirakan sekitar 50-80% wanita mengalaminya, jadi ibu tak perlu merasa sebagai monster yang mengerikan atau menganggap diri tidak mampu menjadi ibu yang baik, BIG NO NO!.

Mengapa baby blues syndrome bisa terjadi?. Menurut Dr. Ariel Dalfen, MD, dalam bukunya yang berjudul When Baby Brings The Blues, baby blues syndrome merupakan fenomena yang umum terjadi pada wanita paska melahirkan dan bukan merupakan sebuah penyakit. Para ibu umumnya menunjukan gejala-gejala seperti sedih, mudah tersinggung, cemas, over react serta mudah menangis. Kabar baiknya adalah Anda tidak perlu terlalu mengkhawatirkannya. Baby blues syndrome terjadi karena perubahan hormonal yang drastis paska melahirkan, hormon estrogen dan progesteron yang menurun serta hormon menyusui yang meningkat dapat membuat ibu mengalami penurunan mood. Selain perubahan hormonal, faktor kelelahan setelah melahirkan dan menyusui, harus merawat bayi tiada henti, perubahan peran menjadi seorang ibu yang  tadinya dimanjakan sebagai ratu hamil kemudian berubah menjadi cinderella paska melahirkan, dimana kebanyakan keluarga akan lebih fokus pada bayi Anda ketimbang Anda sendiri, miskinnya dukungan dari suami atau keluarga bisa turut memicu terjadinya baby blues syndrome. Keluhan ini bisa dimulai ketika 3-5 hari paska melahirkan dan normalnya dapat hilang dengan sendirinya selama 2 minggu. Baby blues syndrome juga bisa dialami oleh ibu yang melahirkan lebih dari satu kali.

Apakah anda mengalami baby blues syndrome?
ü  Saya mempunyai bayi kurang dari 2 minggu
ü  Saya merasa mudah tersinggung setiap waktu
ü  Saya merasa moody sepanjang waktu
ü  Saya bereaksi berlebihan pada situasi
ü  Saya merasa cemas
ü  Saya merasa kurang bisa berkonsentrasi
ü  Saya merasa lebih mudah stress
ü  Saya merasa rapuh dan tidak berdaya
ü  Saya mudah menangis
ü  Kendati demikian, saya masih bisa merawat diri dan bayi saya dengan baik

Jika Anda mengecek semua tanda-tanda di atas, maka kemungkinan besar Anda mengalami baby blues syndrome.
Namun bagaimana jika perubahan emosi tersebut berlangsung lebih dari 2 minggu? Bagaimana jika gejala tersebut berlangsung lebih lama, lebih sering dan lebih hebat?. Bahkan timbul pikiran untuk menyakiti diri sendiri atau sang bayi?. Apakah yang terjadi pada ibu tersebut?. Apakah hal ini dapat dikatakan normal?
Jika baby blues syndrome tidak membaik selama 2 minggu dengan gejala yang memburuk, sudah saatnya Anda mengunjungi psikolog atau psikiater, karena ada kemungkinan jika yang sedang dialami Anda lebih dari baby blues syndrome dan cenderung mengarah kepada Postpartum Depression. Keadaan ini tidak dapat dikatakan wajar karena dapat berlangsung selama berbulan -bulan hingga bertahun-tahun setelah kelahiran bayi jika tidak ditangani. Sudah saatnya para Ibu mengetahui perbedaan baby blues syndrome dengan postpartum depression sehingga dapat mencari bantuan untuk mengatasi depresinya, minimal berbicara kepada orang terdekatnya seperti suami, anggota keluarga, sahabat, bidan ataupun komunitas ibu paska melahirkan.

Dunia Para Ayah Baru
Aku tidak bisa menunjukan kebutuhan lain yang begitu kuat di masa kanak-kanak dibandingkan kebutuhan akan perlindungan seorang ayah
(Sigmund Freud)

Setelah melahirkan Hana tahun 2013 saya mengalami baby blues syndrome yang berlanjut hingga menjadi Postpartum Depression . Pada waktu itu saya tidak mengetahui banyak  tentang baby blues syndrome melainkan sedikit dari seorang dokter laktasi. Beliau mengisyaratkan saya bahwa saya mengalami baby blues syndrome karena beliau melihat saya kesulitan dalam menyusui,  begitu emosional dan gemetar menggendong Hana yang saat itu baru berusia 1 bulan. Sayangnya baby blues syndrome saya tidak hilang dengan sendirinya dan bertambah parah ketika Hana berusia 6 bulan. Menjadi seorang ibu baru dengan depresi paska melahirkan adalah hal yang sulit, selama kurang lebih 3 tahun saya merasa bersalah karena kematian anak pertama saya yang meninggal dalam kandungan (IUFD), harus melahirkan Hana melalui operasi sesar, tidak IMD dan tidak bisa memberikan ASI Eksklusif . Saya  menangis lebih sering daripada bayi saya sendiri, mudah marah, mudah tersinggung, insomnia parah, mengisolasi diri dari lingkungan masyarakat, merasa menjadi ibu paling buruk serta beberapa kali upaya bunuh diri. Saya menutuskan untuk  meminta dukungan sosial dari komunitas Peduli Trauma,  berkonsultasi dengan psikolog serta menjalani hipnoterapi pada tahun 2014. Syukurlah saya dapat perlahan-lahan pulih dari depresi paska melahirkan sampai sekarang. Saya bisa kembali mencintai putri saya dengan sepenuh hati dan menjalankan peran saya sebagai istri maupun ibu dengan cukup baik.



Salah satu orang yang sangat berjasa dalam proses pemulihan depresi saya adalah suami saya. Ia selalu berada di samping saya, menemani saya ketika berkumpul dengan komunitas Peduli Trauma dan ikut berkonsultasi dengan psikolog. Tanpa dukungan, cinta dan kepercayaan suami, saya tidak akan pulih secepat ini. My husband is my hero, Ia tidak hanya memberikan dukungan moriil, namun juga merawat Hana dengan baik, memandikannya, menggantkan popoknya, membantu pekerjaan rumah seperti berbelanja atau menjemur pakaian bahkan sering begadang di tengah malam untuk menjaga Hana. Ia menggantikan peran saya sebagai ibu selama saya dilanda depresi paska melahirkan.  Hubungan dekat yang tejalin antara Hana dengan ayahnya menjadikan Hana sosok yang mandiri dan mudah bergaul dengan teman sebayanya.

 




Begitu pentingnya peran suami dalam membantu ibu mengatasi baby blues syndrome dan depresi paska melahirkan telah tertuang dalam beberapa penelitian, seperti penelitian yang dilakukan pada tahun 2008 di rumah sakit Cipto Mangun Kusumo Jakarta. Dari hasil penelitiannya disebutkan bahwa dukungan suami dapat mengurangi terjadinya depresi paska melahirkan.

Ayah Juga Bisa Kena Baby Blues Syndrome

Menjadi seorang ayah merupakan hal yang paling membanggakan sebagai seorang lelaki dewasa, tidak hanya Anda sebagai ibu, para ayah juga memerlukan proses adaptasi dan belajar setiap harinya ketika buah hati lahir di dunia ini. Mereka juga mengalami kekhwatiran, kecemasan dan ketakutan tersendiri. Bahkan sebuah penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat dari Eastern Virginia Medical School telah membuktikan bahwa 62 % ayah baru bisa mengalami baby blues syndrome dengan ruang lingkup yang berbeda seorang ibu yang disebabkan oleh perubahan hormonal yang drastis. Umumnya para ayah yang mengalami baby blues syndrome akan mudah panik, marah, sulit berkonsentarsi dan tidak sabar menghadapi bayi yang rewel hingga tidak mau melibatkan diri dalam mengasuh bayi. Kekhawatiran yang terdapat dalam benak ayah antara lain:

ü  Apakah saya dapat menjadi ayah yang baik untuk anak-anak saya?
ü  Bagaimana saya membiayai kehidupan anak dan istri saya nanti?
ü  Bagaimana pembagian tugas merawat anak, apakah saya bisa menggendong, menggantikan popok dsb?
ü  Apakah saya tidak akan berkumpul dengan teman-teman saya?
ü  Apakah istri saya akan berubah setelah melahirkan bayi? Apakah hubungan kami akan tetap mesra seperti dulu?
Tetapi Anda tidak perlu cemas karena Baby blues syndrome yang dimiliki para ayah akan menghilang dengan sendirinya selama beberapa minggu.

Jika Kau Butuh Bantuan Bilang Aku Saja Ya!

Ketika Anda mengalami baby blues syndrome, maka suami akan melihat perubahan emosi Anda, ia akan melihat Anda sebagai ibu yang bahagia namun di sisi lain ia akan melihat Anda merasa sedih bahkan menangis tanpa sebab yang jelas. Ia tidak mengerti apa yang sedang terjadi pada Anda. Karena ia beranggapan bahwa setelah Anda mengandung dan melahirkan bayi Anda dengan selamat seharusnya Anda antusias dan bergembira. Suami Anda bisa saja tidak terlalu tahu apa itu baby blues syndrome sebelum Anda menceritakan padanya. Maka salah satu kunci untuk mengatasi baby blues syndome ini adalah berkomunikasi baik dengan suami, katakan padanya apa yang Anda rasakan adalah baby blues syndrome. Anda bisa memberikan artikel ataupun buku mengenai baby blues syndrome kepadanya, akan lebih baik lagi jika Anda dan suami sama-sama mempelajarinya ketika Anda mengandung, tetapi jika Anda terlewat, tidak apa-apa, it is never too late, Mom.

Selain itu, berikut ini merupakan tips-tips yang dapat dilakukan oleh ayah baru dalam mengatasi baby blues syndrome yang sedang Anda alami:
ü       Tekankan hal-hal yang positif, lebih berhati-hatilah ketika ayah mengomentari bentuk tubuh ibu  paska melahirkan, karena bisa membuat ibu bertambah sedih dan hilang rasa percaya dirinya.

ü       Mintalah bantuan Bu. Ketika Anda lelah atau butuh me time maka beristirahatlah, berikan tugas pengasuhan anak kepada suami Anda seperti memandikan bayi, menggantikan popok, menggendong bayi atau memberinya ASI atau susu formula melui botol dot atau media pemberian ASI dan susu formula lainnya. Anda perlu mengajarinya pelan-pelan tanpa perlu mengkritiknya terlalu banyak. Sebenarnya para Ayah senang dilibatkan dalam hal pengasuhan bayi, namun ia merasa takut salah dan melukai bayi sama seperti yang Anda pikirkan.

ü       Tulislah sebuah daftar tentang semua hal yang harus dilakukan secara teratur oleh suami Anda, misalnya bagaimana cara memandikan  atau memberi makan bayi Anda serta jadwal-jadwalnya pada sebuah buku atau catatan. Jangan lupa ucapkan terima kasih padanya jika ia dapat melakukannya dengan tepat atau ucapan besok kita coba lagi ya, sayang jika ia masih kebingungan dalam mengasuh bayi.

ü       Suami perlu mengajak Anda berkencan sedangkan bayi Anda diasuh sementara oleh orangtua/mertua maupun baby sitter.

ü       Suami perlu memberikan hadiah-hadiah kecil kepada Anda ataupun sekedar ucapan-ucapan romantis pada sebuah kartu.

ü        Suami perlu mencatat saran-saran dokter ketika menemani Anda dan bayi berkonsultasi ke dokter.

ü       Suami tidak perlu cemburu ketika Anda sekarang lebih dekat pada bayi Anda ketimbang dirinya, berikan pemahaman pada dirinya bahwa Anda sedang fokus pada bayi mungil yang baru saja dilahirkan, katakan padanya bahwa Anda masih sangat mencintainya dan minta maaf jika ada kebutuhannya yang belum terpenuhi ketika Anda sibuk mengurus bayi.

ü    Anda tidak perlu menolak ketika suami memperkerjakan baby sitter atau asisten rumah tangga, buang segala rasa perfeksionis Anda, yakinkan pada diri Anda bahwa suami Anda tidak ingin Anda kelelahan dalam mengurus bayi dan rumah sekaligus.

ü   Suami harus menjadi pendukung utama Anda dalam menyusui bayi Anda dengan memberikan dia buku-buku tentang manfaat ASI atau mengajaknya ke dokter laktasi seperti yang telah saya lakukan.

ü   Suami Anda perlu bersabar ketika Anda belum mau melakukan hubungan intim dengannya

ü   Suami perlu beristirahat, berolah raga atau makan-makanan sehat sama seperti Anda, sehingga stamina suami Anda tetap kuat ketika menemani Anda mengasuh bayi, bahkan suami juga memerlukan me time atau waktu-waktu buat dirinya sendiri untuk merecharge jiwanya supaya tetap sehat.

ü   Suami perlu mengurus akta kelahiran bayi Anda supaya tidak terlambat dan dikenakan denda.

ü   Suami perlu mendekatkan diri dengan sikecil misalnya menaruh bayi di dadanya, membacakan cerita atau mengajaknya jalan-jalan sehingga Anda bisa beristirahat atau melakukan me time.

ü  Suami perlu menjadi penengah ketika terdapat perbedaan pola asuh antara Anda dengan mertua maupun orangtua. Jangan biarkan konflik ini terpendam terlalu lama karena bisa membuat Anda semakin fustasi.

ü  Buatlah perencanaan keuangan bersama-sama dengan suami sehingga tidak ada salah paham dalam masalah finansial dan Anda dapat berhemat atau menabung untuk kebutuhan sikecil.

ü  Jika baby blues syndrome yang anda rasakan bertambah lama (lebih dari 2 minggu), hebat dan sering maka ajaklah suami Anda untuk menemani Anda mengunjungi komunitas yang mendukung kesehatan jiwa ibu saat hamil dan paska melahirkan, psikolog maupun psikiater. Ingat bahwa dengan mengunjungi psikolog maupun psikiater bukan berarti Anda gila, sebaliknya semakin cepat Anda mendapat dukungan maupun penanganan maka semakin cepat pula Anda pulih dan dapat menikmati kembali hari-hari sebagai seorang ibu, mommy happy baby happy.
Semoga tulisan ini bisa bemanfaat bagi Anda dan suami dalam menjalani hari-hari sebagai orangtua baru.
Oleh Yana Bunda Hana, Founder Peduli Kesehatan Jiwa Ibu Perinatal Indonesia, Survivor Depresi Paska Melahirkan


Daftar Pustaka
Amir, Mira. 2015.  New Dad Must Do dalam majalah Mother And Baby Edisi Februari,  2015.
Chakra, Fita. 2013.  Diari Parenting. Bhuana Ilmu Populer: Jakarta.
Canfield, Jack, Mark Hansen  dan Patty Aubery. Chicken Soup For The New Mom’s Soul. PT. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.
Dalfen, Ariel. 2009. When Baby Brings The Blues: Solutions For Postpartum Depression. John Willey And Sons, Ltd: Canada.
Danuatmaja, Boni dan Mila Meiliasari. 2008. 40 Hari Pasca-Persalinan: Masalah dan Solusinya. Puspa Swara: Jakarta.
Eisenbergh, Arlene, Heidi Murkoff dan Sandee Hathaway. 1996. Kehamilan: Apa yang Anda Hadapi Bulan per Bulan. Arcan: Jakarta.
Keluarga bahagia.epajak.org/vcd/post-partum-blues. Last update Mei 2008. diakses tanggal 5 Januari 2009.http://www.mitrakeluarga.net/kemayoran/kesehatan005.htmlpost partum blues