MENGATASI BABY BLUES SYNDROME DENGAN BANTUAN SUAMI TECINTA
Oleh Yana Bunda Hana, Peduli Kesehatan Jiwa Ibu Perinatal Indonesia
Oleh Yana Bunda Hana, Peduli Kesehatan Jiwa Ibu Perinatal Indonesia
Apakah yang tergambar dalam benak Anda
ketika pertama kali mendengar kata baby blues syndrome?,benarkah baby
blues syndrome merupakan hal yang menyeramkan dan membahayakan bayi Anda?,
apakah jika seorang ibu mengalami baby blues syndrome berarti ibu tersebut
tidak mencintai bayinya?. Mari kita ketahui lebih lanjut mengenai baby blues
syndrome.
Menjadi
seorang ibu baru merupakan hal yang melelahkan dan sangat stressful. Baby blues
merupakan hal yang normal terjadi, berdasarkan referensi diperkirakan sekitar
50-80% wanita mengalaminya, jadi ibu tak perlu merasa sebagai monster yang
mengerikan atau menganggap diri tidak mampu menjadi ibu yang baik, BIG NO NO!.
Mengapa
baby blues syndrome bisa terjadi?. Menurut Dr. Ariel Dalfen, MD, dalam
bukunya yang berjudul When Baby Brings The Blues, baby
blues syndrome merupakan fenomena yang umum terjadi pada wanita paska
melahirkan dan bukan merupakan sebuah penyakit. Para ibu umumnya menunjukan
gejala-gejala seperti sedih, mudah tersinggung, cemas, over react serta mudah
menangis. Kabar baiknya adalah Anda tidak perlu terlalu mengkhawatirkannya.
Baby blues syndrome terjadi karena perubahan hormonal yang drastis paska
melahirkan, hormon estrogen dan progesteron yang menurun serta hormon menyusui
yang meningkat dapat membuat ibu mengalami penurunan mood. Selain perubahan
hormonal, faktor kelelahan setelah melahirkan dan menyusui, harus merawat bayi
tiada henti, perubahan peran menjadi seorang ibu yang tadinya dimanjakan sebagai ratu
hamil kemudian berubah menjadi cinderella paska melahirkan, dimana
kebanyakan keluarga akan lebih fokus pada bayi Anda ketimbang Anda sendiri,
miskinnya dukungan dari suami atau keluarga bisa turut memicu terjadinya baby
blues syndrome. Keluhan ini bisa dimulai ketika 3-5 hari paska melahirkan dan normalnya
dapat hilang dengan sendirinya selama 2 minggu. Baby blues syndrome juga bisa
dialami oleh ibu yang melahirkan lebih dari satu kali.
Apakah anda
mengalami baby blues syndrome?
ü
Saya mempunyai bayi kurang dari 2 minggu
ü
Saya merasa mudah tersinggung setiap waktu
ü
Saya merasa moody sepanjang waktu
ü
Saya bereaksi berlebihan pada situasi
ü
Saya merasa cemas
ü
Saya merasa kurang bisa berkonsentrasi
ü
Saya merasa lebih mudah stress
ü
Saya merasa rapuh dan tidak berdaya
ü
Saya mudah menangis
ü
Kendati demikian, saya masih bisa merawat diri
dan bayi saya dengan baik
Jika
Anda mengecek semua tanda-tanda di atas, maka kemungkinan besar Anda mengalami
baby blues syndrome.
Namun
bagaimana jika perubahan emosi tersebut berlangsung lebih dari 2 minggu? Bagaimana
jika gejala tersebut berlangsung lebih lama, lebih sering dan lebih hebat?.
Bahkan timbul pikiran untuk menyakiti diri sendiri atau sang bayi?. Apakah yang
terjadi pada ibu tersebut?. Apakah hal ini dapat dikatakan normal?
Jika baby blues syndrome tidak
membaik selama 2 minggu dengan gejala yang memburuk, sudah saatnya Anda
mengunjungi psikolog atau psikiater, karena ada kemungkinan jika yang sedang
dialami Anda lebih dari baby blues syndrome dan cenderung mengarah kepada
Postpartum Depression. Keadaan ini tidak dapat dikatakan wajar karena dapat
berlangsung selama berbulan -bulan hingga bertahun-tahun setelah kelahiran bayi
jika tidak ditangani. Sudah saatnya para Ibu mengetahui perbedaan baby blues
syndrome dengan postpartum depression sehingga dapat mencari bantuan untuk
mengatasi depresinya, minimal berbicara kepada orang terdekatnya seperti suami,
anggota keluarga, sahabat, bidan ataupun komunitas ibu paska melahirkan.
Dunia
Para Ayah Baru
Aku tidak bisa menunjukan kebutuhan lain yang begitu kuat di
masa kanak-kanak dibandingkan kebutuhan akan perlindungan seorang ayah
(Sigmund Freud)
(Sigmund Freud)
Setelah melahirkan Hana tahun 2013
saya mengalami baby blues syndrome yang berlanjut hingga menjadi Postpartum
Depression . Pada waktu itu saya tidak mengetahui banyak tentang baby blues syndrome melainkan sedikit
dari seorang dokter laktasi. Beliau mengisyaratkan saya bahwa saya mengalami
baby blues syndrome karena beliau melihat saya kesulitan dalam menyusui, begitu emosional dan gemetar menggendong Hana
yang saat itu baru berusia 1 bulan. Sayangnya baby blues syndrome saya tidak
hilang dengan sendirinya dan bertambah parah ketika Hana berusia 6 bulan.
Menjadi seorang ibu baru dengan depresi paska melahirkan adalah hal yang sulit,
selama kurang lebih 3 tahun saya merasa bersalah karena kematian anak pertama
saya yang meninggal dalam kandungan (IUFD), harus melahirkan Hana melalui
operasi sesar, tidak IMD dan tidak bisa memberikan ASI Eksklusif . Saya menangis lebih sering daripada bayi saya
sendiri, mudah marah, mudah tersinggung, insomnia parah, mengisolasi diri dari
lingkungan masyarakat, merasa menjadi ibu paling buruk serta beberapa kali
upaya bunuh diri. Saya menutuskan untuk
meminta dukungan sosial dari komunitas Peduli Trauma, berkonsultasi dengan psikolog serta menjalani
hipnoterapi pada tahun 2014. Syukurlah saya dapat perlahan-lahan pulih dari
depresi paska melahirkan sampai sekarang. Saya bisa kembali mencintai putri
saya dengan sepenuh hati dan menjalankan peran saya sebagai istri maupun ibu
dengan cukup baik.
Salah satu orang yang sangat berjasa
dalam proses pemulihan depresi saya adalah suami saya. Ia selalu berada di
samping saya, menemani saya ketika berkumpul dengan komunitas Peduli Trauma dan
ikut berkonsultasi dengan psikolog. Tanpa dukungan, cinta dan kepercayaan
suami, saya tidak akan pulih secepat ini. My husband is my hero, Ia tidak hanya
memberikan dukungan moriil, namun juga merawat Hana dengan baik, memandikannya,
menggantkan popoknya, membantu pekerjaan rumah seperti berbelanja atau menjemur
pakaian bahkan sering begadang di tengah malam untuk menjaga Hana. Ia
menggantikan peran saya sebagai ibu selama saya dilanda depresi paska
melahirkan. Hubungan dekat yang tejalin
antara Hana dengan ayahnya menjadikan Hana sosok yang mandiri dan mudah bergaul
dengan teman sebayanya.
Begitu pentingnya peran suami dalam
membantu ibu mengatasi baby blues syndrome dan depresi paska melahirkan telah tertuang
dalam beberapa penelitian, seperti penelitian yang dilakukan pada tahun 2008 di
rumah sakit Cipto Mangun Kusumo Jakarta. Dari hasil penelitiannya disebutkan
bahwa dukungan suami dapat mengurangi terjadinya depresi paska melahirkan.
Ayah Juga Bisa
Kena Baby Blues Syndrome
Menjadi seorang ayah merupakan hal yang
paling membanggakan sebagai seorang lelaki dewasa, tidak hanya Anda sebagai
ibu, para ayah juga memerlukan proses adaptasi dan belajar setiap harinya
ketika buah hati lahir di dunia ini. Mereka juga mengalami kekhwatiran,
kecemasan dan ketakutan tersendiri. Bahkan sebuah penelitian yang dilakukan di
Amerika Serikat dari Eastern Virginia Medical School telah membuktikan bahwa 62
% ayah baru bisa mengalami baby blues syndrome dengan ruang lingkup yang
berbeda seorang ibu yang disebabkan oleh perubahan hormonal yang drastis.
Umumnya para ayah yang mengalami baby blues syndrome akan mudah panik, marah,
sulit berkonsentarsi dan tidak sabar menghadapi bayi yang rewel hingga tidak
mau melibatkan diri dalam mengasuh bayi. Kekhawatiran yang terdapat dalam benak
ayah antara lain:
ü Apakah saya dapat menjadi ayah yang
baik untuk anak-anak saya?
ü Bagaimana saya membiayai kehidupan
anak dan istri saya nanti?
ü Bagaimana pembagian tugas merawat
anak, apakah saya bisa menggendong, menggantikan popok dsb?
ü Apakah saya tidak akan berkumpul
dengan teman-teman saya?
ü Apakah istri saya akan berubah
setelah melahirkan bayi? Apakah hubungan kami akan tetap mesra seperti dulu?
Tetapi Anda tidak perlu cemas karena Baby blues syndrome yang
dimiliki para ayah akan menghilang dengan sendirinya selama beberapa minggu.
Jika
Kau Butuh Bantuan Bilang Aku Saja Ya!
Ketika Anda mengalami
baby blues syndrome, maka suami akan melihat perubahan emosi Anda, ia akan
melihat Anda sebagai ibu yang bahagia namun di sisi lain ia akan melihat Anda
merasa sedih bahkan menangis tanpa sebab yang jelas. Ia tidak mengerti apa yang
sedang terjadi pada Anda. Karena ia beranggapan bahwa setelah Anda mengandung
dan melahirkan bayi Anda dengan selamat seharusnya Anda antusias dan
bergembira. Suami Anda bisa saja tidak terlalu tahu apa itu baby blues syndrome
sebelum Anda menceritakan padanya. Maka salah satu kunci untuk mengatasi baby
blues syndome ini adalah berkomunikasi baik dengan suami,
katakan padanya apa yang Anda rasakan adalah baby blues syndrome. Anda bisa memberikan
artikel ataupun buku mengenai baby blues syndrome kepadanya, akan lebih baik
lagi jika Anda dan suami sama-sama mempelajarinya ketika Anda mengandung,
tetapi jika Anda terlewat, tidak apa-apa, it is never too late, Mom.
Selain itu, berikut ini merupakan tips-tips yang dapat
dilakukan oleh ayah baru dalam mengatasi baby blues syndrome yang sedang Anda
alami:
ü Tekankan hal-hal yang positif, lebih
berhati-hatilah ketika ayah mengomentari bentuk tubuh ibu paska melahirkan, karena bisa membuat ibu
bertambah sedih dan hilang rasa percaya dirinya.
ü Mintalah bantuan Bu. Ketika Anda
lelah atau butuh me time maka beristirahatlah, berikan tugas pengasuhan anak
kepada suami Anda seperti memandikan bayi, menggantikan popok, menggendong bayi
atau memberinya ASI atau susu formula melui botol dot atau media pemberian ASI
dan susu formula lainnya. Anda perlu mengajarinya pelan-pelan tanpa perlu
mengkritiknya terlalu banyak. Sebenarnya para Ayah senang dilibatkan dalam hal
pengasuhan bayi, namun ia merasa takut salah dan melukai bayi sama seperti yang
Anda pikirkan.
ü Tulislah sebuah daftar tentang semua
hal yang harus dilakukan secara teratur oleh suami Anda, misalnya bagaimana
cara memandikan atau memberi makan bayi
Anda serta jadwal-jadwalnya pada sebuah buku atau catatan. Jangan lupa ucapkan
terima kasih padanya jika ia dapat melakukannya dengan tepat atau ucapan besok
kita coba lagi ya, sayang jika ia masih kebingungan dalam mengasuh
bayi.
ü Suami perlu mengajak Anda berkencan
sedangkan bayi Anda diasuh sementara oleh orangtua/mertua maupun baby sitter.
ü Suami perlu memberikan hadiah-hadiah
kecil kepada Anda ataupun sekedar ucapan-ucapan romantis pada sebuah kartu.
ü Suami perlu mencatat saran-saran
dokter ketika menemani Anda dan bayi berkonsultasi ke dokter.
ü Suami tidak perlu cemburu ketika Anda
sekarang lebih dekat pada bayi Anda ketimbang dirinya, berikan pemahaman pada
dirinya bahwa Anda sedang fokus pada bayi mungil yang baru saja dilahirkan,
katakan padanya bahwa Anda masih sangat mencintainya dan minta maaf jika ada
kebutuhannya yang belum terpenuhi ketika Anda sibuk mengurus bayi.
ü Anda tidak perlu menolak ketika suami
memperkerjakan baby sitter atau asisten rumah tangga, buang segala rasa
perfeksionis Anda, yakinkan pada diri Anda bahwa suami Anda tidak ingin Anda
kelelahan dalam mengurus bayi dan rumah sekaligus.
ü Suami harus menjadi pendukung utama
Anda dalam menyusui bayi Anda dengan memberikan dia buku-buku tentang manfaat
ASI atau mengajaknya ke dokter laktasi seperti yang telah saya lakukan.
ü Suami Anda perlu bersabar ketika Anda
belum mau melakukan hubungan intim dengannya
ü Suami perlu beristirahat, berolah
raga atau makan-makanan sehat sama seperti Anda, sehingga stamina suami Anda
tetap kuat ketika menemani Anda mengasuh bayi, bahkan suami juga memerlukan me
time atau waktu-waktu buat dirinya sendiri untuk merecharge jiwanya
supaya tetap sehat.
ü Suami perlu mengurus akta kelahiran
bayi Anda supaya tidak terlambat dan dikenakan denda.
ü Suami perlu mendekatkan diri dengan
sikecil misalnya menaruh bayi di dadanya, membacakan cerita atau mengajaknya
jalan-jalan sehingga Anda bisa beristirahat atau melakukan me time.
ü Suami perlu menjadi penengah ketika
terdapat perbedaan pola asuh antara Anda dengan mertua maupun orangtua. Jangan
biarkan konflik ini terpendam terlalu lama karena bisa membuat Anda semakin
fustasi.
ü Buatlah perencanaan keuangan
bersama-sama dengan suami sehingga tidak ada salah paham dalam masalah
finansial dan Anda dapat berhemat atau menabung untuk kebutuhan sikecil.
ü Jika baby blues syndrome yang anda
rasakan bertambah lama (lebih dari 2 minggu), hebat dan sering maka ajaklah
suami Anda untuk menemani Anda mengunjungi komunitas yang mendukung kesehatan
jiwa ibu saat hamil dan paska melahirkan, psikolog maupun psikiater. Ingat
bahwa dengan mengunjungi psikolog maupun psikiater bukan berarti Anda gila, sebaliknya
semakin cepat Anda mendapat dukungan maupun penanganan maka semakin cepat pula Anda
pulih dan dapat menikmati kembali hari-hari sebagai seorang ibu, mommy
happy baby happy.
Semoga tulisan ini bisa bemanfaat bagi Anda dan suami dalam
menjalani hari-hari sebagai orangtua baru.
Oleh Yana Bunda Hana, Founder Peduli
Kesehatan Jiwa Ibu Perinatal Indonesia, Survivor Depresi Paska Melahirkan
Daftar Pustaka
Amir, Mira. 2015. New Dad Must Do dalam majalah Mother
And Baby Edisi Februari, 2015.
Chakra, Fita. 2013. Diari Parenting. Bhuana Ilmu Populer:
Jakarta.
Canfield, Jack, Mark Hansen dan Patty Aubery. Chicken Soup For The New Mom’s
Soul. PT. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.
Dalfen, Ariel. 2009. When
Baby Brings The Blues: Solutions For Postpartum Depression. John Willey
And Sons, Ltd: Canada.
Danuatmaja, Boni dan Mila Meiliasari.
2008. 40 Hari Pasca-Persalinan: Masalah dan Solusinya. Puspa Swara: Jakarta.
Eisenbergh, Arlene, Heidi Murkoff dan
Sandee Hathaway. 1996. Kehamilan: Apa yang Anda Hadapi Bulan per
Bulan. Arcan: Jakarta.
Keluarga bahagia.epajak.org/vcd/post-partum-blues.
Last update Mei 2008. diakses tanggal 5 Januari 2009.http://www.mitrakeluarga.net/kemayoran/kesehatan005.htmlpost
partum blues